Thursday 4 May 2017

Desain Grafis: Gerbang Menuju Dunia Digital Masa Kini

May 04, 2017 0
Gambar dari LinkedIn DumetSchool
Prolog.
Peluang untuk bekerja di bidang desain grafis pada hari-hari ini nampaknya cukup terbuka lebar. Ada begitu banyak perusahaan baik yang berskala kecil, menengah, hingga perusahaan besar, saat ini tengah membuka lapangan pekerjaan khusus bagi para graphic designer. Di berbagai situsweb penyedia informasi lowongan kerja, saya menemukan cukup banyak perusahaan yang tengah mencari profesional bidang desain grafis.

Di samping itu, beberapa media online besar juga seringkali menyertakan infografik tiap artikel beritanya sebagai gambar pendukung artikel yang disajikan. Memang, daya tarik sebuah berita bukan sekadar dari headline-nya saja melainkan juga dukungan visual yang biasanya berformat infografik. Tak ayal, perusahaan media-media online pun merekrut orang-orang profesional yang kerjanya dikhususkan membuat kilas berita dalam format gambar infografik.

Lain dari pada hal tersebut, bisnis seperti percetakan, baik percetakan kaos, pamflet, buku, dan seterusnya, kini kian menjamur di Indonesia. Teknik percetakan yang kian berkembang, juga perlu didukung oleh tenaga-tenaga yang mumpuni sekaligus mampu menukangi bidang ini. Desainer grafis adalah profesi yang cukup memiliki peluang besar memperoleh pekerjaan di era digital seperti sekarang ini. Untuk itulah, generasi muda kita juga perlu menyambut hal ini sebagai peluang sekaligus tantangan.
Ilustrasi 1. Gambar koleksi pribadi
Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan untuk Menjadi Seorang Desainer Grafis Profesional.
Yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa menjadi seorang desainer grafis sehingga mampu memasuki peluang-peluang yang terbuka tersebut?

Saya merangkum, setidaknya ada 6 (enam) hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin terjun menjadi seorang desainer grafis.

Pertama, minat.
Minat menjadi modal pertama yang harus kita miliki ketika kita ingin menjadi seorang profesional di bidang apapun. Tanpa memiliki minat terlebih dahulu, mustahil kita bisa meraih suatu hal. Tanpa minat, kita bahkan tidak akan benar-benar mampu menentukan profesi apa yang tepat untuk kita. Lalu, bagaimana sebaiknya kita yang belum berminat kemudian bisa memiliki minat tersebut? Untuk menjawabnya, saya akan sedikit menuliskan kisah sebagai ilustrasinya.

Begini, saya adalah seorang yang gemar membaca buku-buku. Semakin banyak buku saya baca, semakin timbul minat saya akan hal-hal baru yang belum saya ketahui. Jika pada suatu hari saya membaca sebuah kisah sukses, maka minat saya untuk menjadi orang sukses, segera terangsang melalui otak saya yang pada hari kemudian memunculkan semangat bagi saya untuk bekerja lebih giat, berpeluh-peluh lebih tanpa lelah dan seterusnya.

Maka, untuk mewujudkan agar kita memiliki minat menjadi seorang desainer grafis, maka yang perlu kita lakukan adalah membaca sebanyak mungkin informasi mengenai desain grafis. Bacaan-bacaan ini tak melulu hanya bisa ditemukan dalam buku-buku atau jurnal-jurnal akademik. Kita bahkan bisa dengan sangat mudah menemukannya dalam artikel-artikel yang telah tersebar luas di internet. Di sana, bacalah semua informasi yang ada.

Sampai di sini, barangkali kita justru akan mempersoalkan dan mempertanyakan “bagaimana menumbuhkan minat membaca kita?” Jawaban atas hal demikian hanya satu: sadarilah bahwa kita butuh membaca.

Minat, selain dari hal tersebut juga bisa ditumbuhkan dengan sering-sering membaca info dalam bentuk grafik atau yang lebih mudah disebut dengan infografik. Atau bisa juga dengan banyak membaca komik, karena di sana kita bisa menemukan gambar-gambar yang cukup merangsang otak kita agar lebih familiar dengan gambar, yang sudah pasti berhubungan dekat dengan desain grafis.

Kedua, berkenalan.
Untuk perkenalan ini, kita bisa memulainya dengan mengenal tokoh-tokoh di dunia desain grafis seperti Wahyu Aditya, Sabda Armandio, Devina Puspitasari dan seterusnya. Nama-nama mereka yang sudah lebih dulu berkecimpung di dunia desain grafis, perlu kita kenali untuk menumbuhkan semangat dan minat kita akan dunia desain grafis.

Di samping berkenalan dengan tokoh-tokoh desainer grafis, kita juga perlu mengenal tools, aplikasi atau software yang dibuat khusus untuk membantu kita mulai berkarya di bidang desain grafis. Beberapa software terkenal yang mendukung program desain grafis ini di antaranya; Adobe Illustrator, Corel Draw, Adobe Photoshop, InDesign dan lain-lain. Kesemuanya dari aplikasi ini harus segera kita kenali terutama dari sisi penggunaan tools-nya.

Umumnya, aplikasi-aplikasi semacam itu dibekali tools yang kompleks mulai dari bagaimana membuat garis, membuat diagram, pola-pola tertentu, hingga fitur-fitur editing gambar atau foto. Semua tools memiliki fungsinya masing-masing, dan jika kita ingin serius berkecimpung di dunia desain grafis, mau tak mau kita tetap harus mengenal seluruh tools tersebut beserta kegunaannya.
Ilustrasi 2. Gambar koleksi pribadi
Ketiga, mulai belajar.
Jika kita sudah memiliki minat yang kuat terhadap desain grafis dan kita juga sudah mengenal beberapa hal penting yang terkait dengannya, maka yang perlu kita lakukan adalah segera memulai belajar. Nah, untuk belajar desain grafis ini, memang bisa saja dipelajari secara otodidak alias belajar sendiri dengan memanfaatkan tutorial-tutorial gratis yang cukup banyak tersedia di internet. Kita bisa memanfaatkan tutorial-turorial tersebut untuk menunjang pembelajaran kita akan desain grafis. Hal ini tentu saja bisa dilakukan oleh siapa saja yang telah melewati dua fase teratas tadi; tumbuh minat dan telah mengenali dunia desain grafis.

Di berbagai situsweb, kita bisa menemukan tutorial bagaimana memulai membuat desain grafis hingga di mana kita sebaiknya mempublikasikannya. Namun demikian, saya menyarankan agar kita yang ingin serius menggeluti dunia desain grafis, terlebih jika kita ingin menjadi seorang profesional di bidang ini, maka kita perlu mengikuti kursus desain grafis. Karena dengan mengikuti kursus, kita tentu akan memiliki keilmuan dan pengetahuan yang lebih sempurna jika dibanding dengan belajar tanpa melalui kursus. Memang, belajar secara otodidak pun tetaplah mungkin membawa kita pada puncak kesuksesan, namun sekali lagi, untuk menjadi profesional kita tetap perlu melewatinya dengan mengikuti kursus, dalam hal ini kursus desain grafis.

Dalam belajar desain grafis ini, kita harus menunjukkan keseriusan kita agar kemudian kita benar-benar mampu menjadi seorang desainer grafis yang layak diperhitungkan. Persaingan di dunia desain grafis ini juga cukup ketat, sehingga ini pula yang menuntut agar kita benar-benar serius dalam belajar desain grafis. Tentu, jika kita belajar dengan sungguh-sungguh, maka kemudian kita akan menjadi seorang desainer grafis yang meyakinkan banyak orang sekaligus karya-karya kita kemudian mendapatkan apresiasi penuh dari berbagai kalangan.

Keempat, membuat karya desain grafis.
Di tengah proses pembelajaran kita akan desain grafis, kita yang sudah mulai mengenal tiap-tiap tools dalam aplikasi atau software yang kita pergunakan untuk mendesain, tentu kita sudah mulai bisa mempraktekkannya sekaligus. Di sinilah kita mulai membuat karya desain grafis kita. Bagaimana caranya? Gampang saja, kita coba mulai membuat pamflet atau banner. Kita membuat contoh pamflet kegiatan di kampung, sekolah, atau kampus kita. Pamflet itu kita bikin dengan metode yang telah dan sedang kita dapatkan dari materi-materi kursus.
 

Atau, bisa juga kita membuat karakter. Jika umunya orang-orang mengganti foto profil akun media sosial mereka dengan bantuan animasi yang dibikin secara offline, kita yang sudah belajar medesain gambar, bisa mengedit sendiri foto-foto kita dengan, lagi-lagi, ilmu yang kita dapatkan dari kursus belajar desain grafis. Keuntungannya jelas, kita akan lebih puas karena mampu mengedit sendiri semau kita, sekaligus kita juga bisa memamerkannya kepada teman-teman kita.

Dari sini, bukan tidak mungkin ketika kita mulai membuat desain grafis baik berupa pamflet, animasi, atau karakter, kemudian teman-teman kita tertarik untuk meminta kita membuatkannya. Salah seorang teman saya dulu sewaktu masih belajar dan kursus membuat desain grafis, melakukan uji coba semacam ini. Ia membuat peta kota kami dan mengeditnya sedemikian rupa dengan ditambah data-data penduduk sekaligus dipetakan per kecamatan berdasar pekerjaan mayoritasnya. Desain pertamanya itu kemudain dibeli oleh salah seorang pebisnis kaos untuk dijadikan desain kaosnya. Teman saya yang awalnya sekadar iseng menguji kemampuannya di tengah ia sedang belajar itu pun justru sudah memperoleh penghasilan bahkan sebelum ia dinyatakan lulus dari tempat kursusnya.

Kelima, publikasi karya.
Setelah kita melewati tahapan-tahapan yang telah saya uraikan sebelumnya, maka selanjutnya kita perlu menentukan di mana kita akan mempublikasikan karya desain grafis kita. Pilihan paling mudah tentu saja di media sosial melalui akun kita sendiri. Lihat bagaimana respon orang-orang terhadap karya kita, apakah disukai, cukup disukai, atau justru kurang disukai olah khalayak. Namun di situlah pentingnya. Kita kemudian jadi tahu di mana letak minat khalayak akan karya kita. Apakah teman-teman di media sosial kita lebih menyukai desain grafis kita yang menunjukkan data-data, rangkuman tulisan, atau justru karya kita yang berbentuk hiburan seperti gambar animasi dan sebagainya.

Untuk menguji bagaimana karya kita dinilai oleh orang lain, kita memang perlu melakukan publikasi. Ini juga untuk mengukur sejauh mana karya desain grafis kita dianggap positif atau negatif oleh orang lain. Memang, bisa saja kita tak terlalu memedulikan penilaian orang lain, namun karena ini menyangkut karya, maka hasil karya desain grafis kita itulah nantinya yang akan dijadikan tolok ukur orang lain untuk menilai kinerja kita di bidang desain grafis. Terlebih jika kita berharap akan bekerja di sebuah perusahaan yang membidangi bagian desain grafis, publikasi bisa dijadikan acuan nantinya jika kelak kita mengirimkan lamaran pekerjaan. Karena beberapa perusahaan yang tengah mencari seorang desainer grafis, biasanya ingin melihat bagaimana karya-karya desain grafis kita selama ini.
Ilustrasi 3. Gambar dari battleaxedesign

Keenam, tentukan langkah berikutnya.
Pada fase ini, kita yang sudah yakin mampu membuat desain grafis, akhirnya harus menentukan akan kita manfaatkan di mana kemampuan kita ini. Apakah kita akan melamar kerja sebagai desainer grafis di perusahaan-perusahaan, atau kita ingin nekat langsung menerbitkan karya-karya desain dalam bentuk animasi bersambung atau membuat komik. Iya, seorang professional graphic design memang hampir bisa dipastikan mampu membuat karakter yang bisa dihidupkan melalui cerita. Maka bukan hal yang mustahil, seorang desainer grafis professional mampu akan mambikin sebuah komik. Tinggal bagaimana kita belajar menciptakan alur cerita.

Atau seperti tadi, kita bisa bekerja di perusahaan bidang desain grafis. Dan seperti di awal tulisan ini saya sampaikan, ada banyak perusahaan yang saat ini tengah mencari seorang professional graphic designer yang bisa kita temukan di situsweb info lowongan pekerjaan atau kadang berseliweran perusahaan beriklan mencari professional graphic design ini di media-media sosial kita.

Pada intinya, kita perlu menentukan di mana tempat kita kemudian menunjukkan profesionalitas kita sebagai desainer grafis. Tentu kita tak boleh menyia-nyiakan apa yang telah kita pelajari. Kita harus mampu memanfaatkannya semaksimal mungkin, minimal kita bisa membuka jasa mendesain kartu undangan, pamflet, logo, infografik, dan seterusnya di mana untuk permulaannya, seperti point ke empat dan lima tadi, kita bisa memanfaatkan media sosial untuk beriklan.
Ilustrasi 4. Gambar dari University of New Hampshire
Peluang, Tantangan dan Bahaya Bekerja sebagai Desainer Grafis.
Menjadi desainer grafis memang bukan perkara yang terlampau sulit seperti layaknya menjadi astonot. Ia sama saja seperti ingin menjadi atlet profesional, public speaker, atau profesi lain yang dalam waktu relatif singkat dapat kita kuasai teknik-tekniknya. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita kemudian mau berkembang dan mau mengembangkannya atau tidak. Desain grafis bisa dikatakan merupakan sebuah keilmuan dasar. Ia merupakan pintu gerbang yang di balik pintu gerbang tersebut akan kita temukan berbagai hal lain yang merupakan pengembangan dari desain grafis.

Dari mempelajari desain grafis, kita bisa kemudian mengembangkannya ke ranah perfilman. Bisa juga kita memilih untuk menjadi seorang web developer, dengan mengelola situsweb, terutama di bagian display atau penampilannya. Atau, kita bisa juga masuk di dunia kesenian, terutama seni visual, karena pada intinya desain grafis merupakan seni visual yang selayaknya dapat dinikmati oleh khalayak. Selain itu masih ada beberapa hal lain yang bisa kita pilih untuk kita jadikan sebagai pengembangan dari desain grafis yang kita pelajari.

Industri kreatif membuka peluang cukup lebar bagi berbagai pihak tak terkecuali kita yang memiliki basis keilmuan desain grafis. Bahkan di setiap industri kreatif, apa saja wujud yang diproduksinya, maka akan memerlukan seorang desainer grafis. Ini menunjukkan betapa desain grafis merupakan suatu profesi yang cukup fleksibel sehingga mampu masuk ke bebagai bentuk bisnis. Tantangannya adalah bagaimana kreator bidang ini mampu bersaing di kancah dunia. Jika kita membaca berita, beberapa nama orang Indonesia memang cukup banyak yang telah bekerja sebagai animator film-film besar. Setidaknya hal demikian cukup mampu menumbuhkan rasa percaya diri bangsa untuk bersaing dengan bangsa lain.

Problem lain di dunia desain grafis ini adalah adanya gesekan antara profesionalisme dengan kesenian. Bagaimanapun, desainer grafis juga merupakan seniman lantaran pekerjaan ini memang bisa disebut pekerjaan artistik. Di sini, kita terkadang menemukan seorang desainer grafis yang telah bekerja di sebuah perusahaan, akhirnya memilih untuk keluar dengan alasan perusahaan tak mampu memberinya kepuasan dan kebebasan dalam mengekspresikan karyanya. Beberapa desain grafis ini memandang bahwa karyanya di bidang visual ini harus memiliki unsur artistik, tanpa perlu mengindahkan permintaan atau animo masyarakat. Sedangkan yang namanya perusahaan, lazimnya menuruti permintaan pasar (masyarakat luas). Yang seperti inilah pada akhirnya membuat seorang desainer grafis “mengalah” dan memilih untuk mundur dari pekerjaannya.

Namun begitu, tantangan sejatinya muncul dari tempat di mana desainer grafis bekerja. Beberapa desainer grafis, tak jarang atau bahkan terlampau sering harus bekerja hingga berlarut-larut secara terus-menerus. Desainer grafis, seringkali menghabiskan waktunya di depan layar komputer karena memang tuntutan tugas. Hal ini menjadi sebuah permasalahan serius jika tidak dibikin manajemen waktu yang baik antara perusahaan tempat desainer grafis bekerja dengan si desainernya sendiri. Situs berita TirtoID mencatat, pekerjaan para desainer grafis ini bahkan bisa mengancam nyawa. Diberitakan oleh situsweb tersebut, Indonesia, Filipina, Jepang dan Cina pernah memiliki kasus kematian seorang desainer grafis lantaran terlalu banyak menghabiskan waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pada Desember 2013 silam, Mita Diran meninggal karena bekerja nonstop selama 30 jam. Kematiannya diduga karena kelelahan.

Hal seperti itu tentu harus disoroti agar ada penanganan yang tepat sehingga di kemudian hari tidak ada lagi kejadian menyedihkan semacam itu. Bagaimanapun, tubuh manusia memerlukan waktu untuk beristirahat. Memforsir seluruh tenaga untuk dihabiskan dalam pekerjaan, bukan merupakan kebijakan yang tepat terhadap tubuh kita.

Pengaturan waktu menjadi salah satu hal utama untuk mereduksi kemungkinan-kemungkinan terjadinya bahaya semacam itu. Para pekerja kreatif ini sejatinya merupakan pekerja yang harus memeras otak dan tenaganya secara bersamaan meski tenaga yang dikeluarkan tak terlalu menghabiskan banyak energi. Tetapi kita tetap perlu berhati-hati dan memiliki manajemen waktu yang ideal sekaligus proporsional agar kita terhindar dari hal-hal yang tak kita inginkan. Adapun teknis mereduksi kemungkinan berbahaya ini misalnya, dengan merotasi desainer grafis secara tepat waktu. Yaitu umpamanya si A bekerja pada jam 8 pagi hingga 12 siang saja lalu pada jam berikutnya diganti si B, jam 1 siang hingga jam 5 sore. Jika ada keharusan lembur, maka harus dikerjakan oleh orang selain keduanya. Bisa dikatakan, manajemen waktu ini bisa digabungkan dengan sistem kerja tim.

Ilustrasi 5. Gambar dari Kan-Tek
Epilog.
Desain grafis masih memiliki peluang besar untuk megantarkan kita pada profesionalitas dalam bekerja sekaligus mampu menjadi gerbang bagi kita untuk mengembangkan diri, terutama bagi kita yang sedari awal memiliki kegemaran di wilayah seni visual. Ia bisa kita jadikan pijakan bagi kita untuk meraih kesuksesan di berbagai macam bidang profesi. Banyak peluang serta celah yang bisa kita masuki dengan “stempel” desainer grafis atau graphic designer pada diri kita. Beberapa perusahaan siap menampung kita yang ingin bekerja secara professional di bidang desain grafis.

Di sisi lain, menjadi desainer grafis bukan semata menjadi seorang seniman yang bisa menciptakan karya apa saja. Desain karya kita merupakan cover untuk menilai bagaimana diri kita, oleh sebagian orang lain. Kita yang bekerja sebagai desainer grafis di suatu perusahaan pun, harus mengikuti dan tunduk patuh pada peraturan-peraturan perusahaan di mana kita bekerja, terlepas dari visi dan misi perusahaan itu sesuai dan ideal bagi kita atau tidak.

Lain dari pada hal tersebut, menjadi seorang desainer grafis, pun memiliki risiko pekerjaan yang membahayakan bahkan bisa sampai berakhir pada kematian. Hal ini tentu saja bisa kita siasati dengan berbagai macam cara, salah satunya yang paling utama adalah pengaturan waktu bekerja. Kita tidak boleh membiarkan tubuh kita bekerja terus menerus tiada henti. Tenaga dan pikiran kita tak boleh terforsir dan terkuras habis di depan layar komputer demi pekerjaan kita sebagai desainer grafis. Adakalanya, tubuh kita dibiarkan menikmati masa jeda agar kita tak mengalami hal-hal yang tak kita inginkan seperti terkena berbagai macam penyakit dan atau hingga kematian.

Namun biar bagaimanapun, desain grafis merupakan suatu hal yang jika kita menguasainya, kita bisa berkembang di berbagai bidang profesi. Dengan belajar desain grafis, otomatis kita membuka peluang untuk memasuki pintu kesuksesan.

Sumber artikel: www.dumetschool.com - tirto.id
Sumber gambar:
Read more...