Tuesday 10 July 2018

#

Pohon Mangga

Sekitar seminggu yang lalu, kakak perempuan saya membeli pohon mangga. Sampai detik ini saya belum sempat menanyakan, mangga jenis apakah itu. Yang jelas, sore hari semingguan lalu tersebut, suami kakak saya menanam pohon mangga itu di pelataran rumah.
Pelataran rumah yang baru ditanami pohon mangga

Kalau kalian sudah berkawan dengan saya lebih dari sepuluh tahun silam, kalian barangkali masih bisa mengingat bahwa dulu, di tempat yang sama, pernah ada pohon mangganya juga. Dan, karena penanaman mangga ini di tempat dan titik yang sama persis, saya pun jadi teringat pohon mangga yang dulu. Sayang, saya tak berhasil menemukan foto pohon mangga yang dahulu.

Mengapa dulu pohon mangga itu ditebang? Setahu saya, itu disebabkan karena akan dipakainya pelataran rumah untuk menjemur kain batik abstrak "kriwilan". Karena urusannya untuj pekerjaan, bapak saya dulu harus "membunuh" pohon tersebut.

Apa efeknya? Tentu kalian bisa menebak dengan benar lagi gampang: depan rumah jadi terasa lebih panas. Betul. Memang begitu dan memang itulah tujuan pohon itu ditebang, biar pelataran panas dan bisa difungsikan untuk menjemur kain batik tadi.

Efek lain yang tidak terlalu ketara, adalah bahwa semenjak pohon itu ditebang, rumah saya jadi gampang berdebu. Saya dulu tak begitu menganggap hal ini sebagai masalah. Karena? Ya karena debu-debu itu setiap hari dibersihkan oleh kakak perempuan dan ibu saya.

Saya dulu tak merisaukan debu-debu yang setiap hari mengotori jendela dan pintu rumah, mengotori teras, dan seterusnya. Kakak perempuan dan ibu saya, selalu menyelesaikan persoalan debu ini.

Hari ini, barangkali kalian yang membaca ini sudah tahu bahwa kakak perempuan saya itu sudah tinggal bersama suaminya di lain rumah ini. Dan, awal Ramadan lalu, ibu saya meninggal, menyusul bapak saya yang lebih dulu meninggal enam bulan sebelumnya. Di rumah, tinggallah saya dengan adik saya yang juga laki-laki, hanya berpaut usia 1,5 tahun.

Debu-debu jalanan depan rumah, masih beterbangan dan hinggap di banyak celah rumah yang saya tempati. Sedari dulu, sejak pohon mangga dulu ditebang. Hari-hari ini, di samping saya terus belajar mengurus persoalan dapur, saya juga sudah mulai belajar menangani debu-debu yang mengotori rumah saya. Tentu saja pembelajaran ini saya selingi pula dengan terus belajar menjadi suami Salikhah, demi suksesnya menjadi bapak rumah tangga penuh cinta~

Penanaman pohon mangga baru semingguan lalu oleh kakak saya itu, bagi saya begitu memberi makna yang dalam. Saya bahkan berikrar di hati bahwa pohon mangga yang baru ini, akan saya rawat sampai kapan pun. Setiap pagi dan sore, saya selalu menyiraminya dengan air bersih.

Tadi sore, saya agak telat menyirami pohon mangga ini. Saya bahkan hampir lupa, kalau saja tak diingatkan oleh Shalikhah. Kamu, sudah tahu, kan, siapa Shalikhah?

*pernah dipublikasikan di laman Facebook pribadi.

No comments:

Post a Comment