Tuesday 28 March 2017

#

PKD dan Diklatsar GP Ansor Buaran Pekalongan

Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna di Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan (PAC GP Ansor Buaran) mengadakan Pelatihan Kepemimpinan Dasar sekaligus Pendidikan dan Latihan Dasar II yang dilaksanakan di Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan pada Kamis sore 30 Maret hingga hari Ahad 2 April 2017.
Foto rapat checking panitia PKD-Diklatsar II GP Ansor Buaran Pekalongan. Sumber foto: PAC GP Ansor Buaran
Hari ini, Selasa 28 Maret 2017 saya sudah mulai mempersiapkan diri untuk keperluan mengikuti acara Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) Gerakan Pemuda (GP) Ansor serta Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Barisan Ansor Serbaguna (Banser).

Dalam seminggu terakhir ini, saya banyak membaca-baca berita informasi mengenai PKD dan Diklatsar tersebut. Beberapa video yang menayangkan acara tersebut juga sebagian telah saya tonton. Ini yang saya sebut sebagai pemahaman dasar atas pelatihan dasar-dasar yang nanti akan saya jalani pada acara PKD-Diklatsar tadi. Ini, semacam persiapan agar saya tak terlalu gagap ketika menghadapi pelatihan yang menurut rundown acaranya akan memakan waktu selama 3 hari 3 malam itu.

Jauh sebelumnya, saya menyempatkan diri untuk meminta masukan dari calon istri saya mengenai hal ini. Yang pertama kali saya tanyakan padanya adalah apakah saya harus mengikuti Diklatsar (sejauh ini yang saya ketahui adalah bahwa peserta boleh hanya mengikuti PKD saja atau tanpa mengikuti Diklatsar. Keduanya memang merupakan pelatihan yang, juga sejauh pengetahuan saya, terpisah).

Bumi, demikian panggilan calon pasangan saya itu, menyatakan bahwa saya sebaiknya "sisan ikut keduanya". Nanggung, begitu ungkapnya saat saya mintai masukan beberapa hari lampau.

Dari sana, saya kemudian merasa cukup yakin untuk mengikuti PKD dan Diklatsar ini dengan penuh semangat dan persiapan mental yang pula kuat. Saya sadar, menjadi bagian dari Ansor dan terlebih Banser, artinya saya harus siap berbakti kepada Nahdlatul Ulama (NU), dan tentu saja berbakti kepada bangsa tanah air, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Saya kemudian menaruh harapan yang cukup besar pada diri saya sendiri bahwa semoga saya benar-benar mampu berkhidmah secara taat dan sepenuh hati pada NU dan bangsa ini. Tentu akan sangat lucu kalau saya mengikuti PKD dan Diklatsar tanpa menaruh harapan apapun pada diri saya sendiri demi kebaikan. Sampai detik ini, saya masih yakin bahwa melalui GP Ansor dan Banser inilah saya mampu belajar menjadi manusia yang mampu memanusiakan manusia lain. Dan saya kira, melalui keseriusan menjadi anggota GP Ansor ini saya yakin bahwa salah satu Badan Otonom (Banom) NU ini akan memberi manfaat yang baik bagi diri saya sendiri, serta lingkungan sekitar saya, pula tentu saja bangsa Indonesia secara luas.

Perlu saya sampaikan pula bahwa saya memiliki banyak cita-cita yang saya harapkan mampu saya wujudkan bersama dan melalui tubuh GP Ansor. Salah satu cita-cita tersebut, yang paling dekat dengan hobi saya, adalah saya ingin GP Ansor pro-aktif melawan segala bentuk kazaliman dan kesemrawutan yang pada 2-3 tahun terakhir ini begitu kentara menjadi ciri khas bangsa kita. Kesemrawutan itu, terutama, yang perlu GP Ansor lawan dengan aktif adalah kesemrawutan di ranah media di mana di sanalah semua orang pada hari-hari ini seakan menjadi Nabi atau bahkan menjadi Tuhan semaunya sendiri.

Selain itu, saya juga ingin ikut andil bersama GP Ansor untuk mengejawantahkan slogan-slogan yang sering meriah diteriakkan seperti menjaga keutuhan NKRI karena NKRI adalah harga mati. Saya, dengan segala hormat, ingin ikut berada di barisan GP Ansor dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini. Hal ini senantiasa saya iringkan pula bersama rasa cinta saya terhadap Indonesia, rasa cinta yang telah menjadi kidung patriotis melalui syair karya KH Abd Wahab Hasbullah, Yaa Lal Wathan.

Terakhir, sebelum saya tutup tulisan membahagiakan rupa curhat ini, saya akan menutupnya dengan pemberian harapan kepada Mas Roy Murtadho yang menulis tentang bagaimana kita, muslim Indonesia, mengejawantahkan Hubbul Wathan Minal Iman. Insya Allah, Mas, saya siap menerapkan Hubbul Wathan Minal Iman secara lebih luas dan siap melek terhadap segala permasalahan-permasalahan bangsa yang perlu dukungan dan bantuan kami di GP Ansor. Saya dan kami semua di GP Ansor siap untuk berkaca dan menelaah diri kami demi benar-benar mampu menjadi pecinta tanah air sejati. Tanah air yang bentangannya bukan sekadar Sumatera-Jawa, tetapi membentang hingga Papua. Jika selama ini kami masih terbatas dalam mengimplikasikan kaidah Hubbul Wathan Minal Iman, itu semata menunjukkan bahwa kami pun masih memiliki kelemahan iman, dan tentu hal ini kemudian menjadi dasar bagi kami untuk tidak semena-mena mendakwa setiap perkara dengan hukum-hukum saklek "ini haram, itu halal".

Demikian.
Terimakasih telah membaca, silakan bagikan jika berkenan.

Regards,
Em. 

No comments:

Post a Comment